Khutbah Jum’at : Waspada Sifat Sombong/Takabur
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ.
اللَّهُمَّ صَلَّ وَسَلَّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Segala puji dan syukur marilah senantiasa kita haturkan kepada Allah yang telah melimpahkan banyak nikmat-Nya kepada kita. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada panutan kita Nabi Muhammad saw, beserta seluruh keluarga dan para sahabat.
Selaku khatib saya mengajak kepada jamaah sekalian, marilah senantiasa kita meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita terhadap Allah dengan istiqamah mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Sebagai umat yang beriman kita diperintahkan untuk selalu mengambil i’tibar/pelajaran dari suatu peristiwa. Salah satu yang kita semua sudah mafhum adalah peristiwa dimana iblis dikeluarkan dari surga karena sifat sombongnya. Sebagaimana telah difirmankan oleh Allah swt
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآَدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir. (QS Al-Baqarah: 34)
Apa itu kesombongan? Kesombongan termasuk salah satu dosa besar yang karenanya menjadikan pelakunya tidak akan masuk surga. Sebagaimana sabda Rasulullah saw
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim)
Dari hadits di atas diketahui bahwa sombong bukannya orang yang berpakaian atau berpenampilan bagus, tetapi orang yang meremehkan orang lain dan menolak kebenaran. Sebagaimana iblis menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam karena meremehkan Adam. Iblis merasa lebih mulia daripada Adam.
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ
Dia (Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud ketika Aku menyuruhmu?” Ia (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau menciptakanku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”(QS Al-A’raf:12)
Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Inti dari kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. Sedemikian bahayanya sifat sombong ini maka kita perlu berhati-hati agar terhindar dari sifat tersebut. Kita harus mewaspadai berbagai potensi yang dapat menjadi pintu kesombongan, karena pada hakikatnya semua kebaikan dapat berpotensi menjadi pintu kesombongan. Sebagai contoh potensi pintu kesombongan adalah:
Pertama, Ilmu. Semakin berilmu seseorang maka semestinya akan menjadikannya semakin tawadhu dengan keilmuannya. Akan tetapi tidak sedikit orang yang karena ilmu serta kepandaiannya menjadikannya sombong/ pongah : menolak nasehat kebenaran dan meremehkan/merendahkan orang lain.
Kedua, Kekayaan. Kekayaan sebenarnya merupakan salah satu modal beribadah. Namun jika kekayaan itu jatuh pada orang yang tidak memiliki landasan ke-Islam-an yang kuat maka bisa jadi dengan hartanya yang banyak itu akan menjadikannya sombong, dan karenanya justru mendapatkan kemadhorotan yang besar.
Ketiga, Jabatan. Jabatan adalah amanah, yang jika diemban dengan baik dan karenanya lahir banyak kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala yang sangat besar. Tetapi jika karena jabatan tersebut membuatnya meremehkan bawahannya maka dia telah terjerumus pada perilaku sombong
Keempat, Keberhasilan/Kesuksesan. Seseorang yang mendapat kesuksesan, jika tidak menyadari bahwa itu adalah karunia dari Allah maka hal tersebut dapat berpotensi melahirkan sifat ujub dan membanggakan diri. Hal tersebut tentu saja akan memunculkan sifat sombong di dalam hatinya.
Kelima, Capaian ibadah. Para ahli ibadah perlu hati-hati, jangan sampai karena ketaatannya dalam ibadah justru menimbulkan kesombongan dengan meremehkan orang yang dipandang kurang taat beribadah. Sebelum penciptaan Nabi Adam, Iblis termasuk hamba yang taat dan ahli ibadah. Namun karena kesombongannya mengakibatkan dilaknat oleh Allah
Al Hasan Al Bashri berkata, “Tahukah kalian apa itu tawadhu’? Tawadhu’ adalah engkau keluar dari kediamanmu lantas engkau bertemu seorang muslim. Kemudian engkau merasa bahwa ia lebih mulia darimu.”
Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Demikian besar konsekwensi dosa dari sifat sombong, maka kita perlu melawannya dengan sifat kebalikannya yaitu sifat tawadhu. Tidak mungkin orang mengumpulkan dua sifat tersebut dalam satu wadah yang sama. Salah satu cara sederhana membiasakan sifat tawadhu sebagaimana yang dijelaskan Hasan Al Bashri:
Intinya jika kita bertemu dengan seorang muslim maka kita berpandangan bahwa orang tersebut lebih baik dari daripada kita. Akhirnya marilah kita senantiasa memohon kepada Allah agar senantiasa diberikan kekuatan untuk dapat menjadi pribadi muslim yang sebenar-benarnya bertaqwa.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِالْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللَّهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّحِمِينَ