
Langkah Kecil di Jalan Ilmu
Karya: Muhammad Alviansyah *)
Awal aku masuk ke lingkungan pesantren, suasananya terasa sangat berbeda. Di pesantren, hampir semua hal harus dilakukan dengan tertib dan mengantri. Hal ini sangat kontras dengan kehidupan di luar pesantren, di mana adab dan etika sering kali mulai diabaikan.
Namun di pesantren, adab dan tata krama justru menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap waktu dan kesempatan, nilai-nilai kesopanan selalu diterapkan dan dijaga. Inilah yang membuat awal mula kehidupanku di pesantren terasa begitu indah dan penuh makna.
Day 1
Kukira hidup di pondok akan mudah, tapi ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Di sini, kami harus belajar bersabar menghadapi berbagai ujian dan cobaan. Kami diajarkan untuk hidup sederhana, saling menolong, dan menguatkan satu sama lain.
Ketika musibah datang, kami hadapi bersama. Kadang rasa rindu pada orang tua di rumah pun muncul begitu dalam. Rasanya ingin pulang, ingin bertemu mereka. Tapi kami sadar, tujuan kami di pondok ini adalah untuk menimba ilmu dan mencari keberkahan dari Allah Swt.
Day 2
Di pesantren, kami tidak hanya diajarkan tentang adab dan akhlak. Kami juga diajarkan bagaimana menjalani hidup yang sederhana dan mandiri, tanpa bergantung pada orang lain.
Belajar hidup sederhana memang tidak mudah. Terkadang cobaan datang silih berganti. Ada kalanya kita merasa lelah, bahkan ingin segera pulang dari pondok. Namun di situlah letak perjuangan—belajar bertahan, bersabar, dan terus menguatkan niat untuk menimba ilmu dan memperbaiki diri.
Day 3
Menjalani hari-hari di pesantren memang tidak mudah. Kami harus belajar bijak dalam membagi waktu. Hari dimulai sejak dini hari. Jam tiga pagi kami bangun untuk melaksanakan salat tahajud, lalu dilanjutkan salat Subuh berjamaah. Setelah itu, kami mengaji dan membaca Al-Qur’an.
Jika sudah selesai, kami mulai belajar kitab kuning. Setelah itu, biasanya dilanjutkan dengan salat Dhuha, lalu kegiatan berlanjut hingga jam sekolah formal dimulai.
Setelah sekolah selesai sekitar jam satu siang, kami istirahat sejenak dan makan siang. Lalu, dilanjutkan dengan kegiatan madrasah diniyah pada sore harinya. Selesai kegiatan, kami diberi waktu untuk istirahat kembali menjelang Maghrib.
Setelah Maghrib dan Isya, kami kembali ke musala untuk belajar, mengulang hafalan nadzam, atau membaca kitab. Baru setelah itu kami tidur malam untuk bersiap menyambut hari esok yang padat
Day 4
Perjalanan ini harus kita lalui dengan penuh kesabaran, perjuangan, dan ketekunan setiap hari. Begitulah sulitnya dalam mencari ilmu dan barokah dari para kiai di pesantren.
Apa yang kita jalani di pondok bukan sekadar rutinitas atau kewajiban semata, tetapi adalah bagian dari ujian kehidupan. Ujian yang datang pun bermacam-macam—bukan hanya soal pelajaran, tapi juga tentang kesabaran, kedisiplinan, dan keteguhan hati.
Namun di balik semua itu, tersimpan hikmah besar. Karena setiap lelah yang kita rasakan, insyaAllah akan menjadi berkah di kemudian hari.
Day 5
Rasanya di Pondok. Dulu, semuanya terasa sulit saat pertama kali tinggal di pondok. Tapi sekarang, semua itu perlahan menjadi mudah dan menyenangkan. Karena kami sudah terbiasa dengan lingkungan pesantren.
Apa yang dulu terasa berat—seperti bangun dini hari, antri mandi, makan bersama, atau mengikuti jadwal yang padat—kini menjadi bagian dari keseharian yang dijalani dengan ikhlas dan semangat. Lingkungan pesantren mengajarkan banyak hal: kesabaran, kebersamaan, kemandirian, dan tentu saja ilmu yang penuh berkah.
Day 6
Tak terasa, waktu terus berjalan. Tahun demi tahun di pondok pun terlewati. Semoga di tahun-tahun selanjutnya, kita bisa menjadi lebih giat, lebih rajin, dan kelak mampu mengabdi dengan ilmu yang telah kita pelajari.
Catatan:
Janganlah menyerah sebelum apa yang kau inginkan tercapai.
Perjuangan ini memang berat, tetapi jangan biarkan semangat padam sebelum cita-cita menjadi kenyataan. Teruslah melangkah, karena setiap langkah adalah bagian dari perjalanan menuju keberkahan dan kesuksesan.
*) Siswa Kelas 8A MTs Darun Najah Petahunan