Khutbah Jum’at : Tiga Macam Kesabaran
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي شَرَعَ عَلَيْنَا الْجِهَادُ، وَحَرَمَ عَلَيْنَا الْفَسَادُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةَ أَدْخِرُهَا لِيَوْمِ الْمَعَادِ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ هُدَاةِ الْأَنَامِ فِي إِنْحَاءِ الْبِلَادِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى : وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّبِرِينَ. وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَهُ اللَّهُ ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ ، وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبَرْهُ
اللهُ ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءٌ خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْر.
Jama’ah shalat Jum’at yang dirahmati Allah,
Mengawali khutbah ini, saya mengajak kepada diri pribadi dan para hadirin untuk meningkatkan takwa kepada Allah Swt. Ketahuilah hanya dengan meningkatkan takwa kita bisa meraih predikat manusia yang paling mulia di sisi Allah Swt.
Perintah dan larangan Allah sudah jelas. Rasulullah saw juga sudah memberikan contoh nyata dalam menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Sehingga tidak ada alasan untuk kita melanggar ketentuan Allah melalui risalah Nabi Muhammad saw.
Jama’ah shalat Jum’at yang dirahmati Allah,
Dalam kehidupan ini kita tidak bisa lepas dari berbagai permasalahan. Tidak ada hidup yang mulusa tanpa menemui masalah. Bagi orang yang tidak memiliki iman, mereka akan berputus asa karena mereka tidak memiliki tempat bersandar dan berserah diri. Akan tetapi bagi orang yang beriman, mereka akan bersabar menghadapi berbagai permasalahan hidup dan menyerahkan segalanya kepada Allah Swt., tempat bersandar dan berserah diri.
Pada hakikatnya segala kondisi yang dialami manusia, baik kesulitan maupun kesenangan dan kebahagiaan merupakan cobaan. Ada yang dicoba dengan kekayaan berlimpah, ada juga yang dicoba dengan kemiskinan. Ada yang dicoba dengan sakit, ada juga yang diuji dengan sehat. Manusia akan menyelesaikan seluruh permasalahan dan cobaan yang menimpanya sesuai dengan kadar keimanan mereka.
Rasulullah saw. bersabda:
إذا أحب الله عبداً ابتلاه، فإن صبر اجتباه، وإن رضي اصطفاه
“Jika Allah Swt mencintai seseorang maka Ia akan mengujinya. kalau orang itu sabar, maka Allah Swt akan menjadikannya orangmulia (mujtaba). Dan jika ia ridha (rela) maka Allah Swt akan menjadikannya sebagai orang pilihan yang istimewa (musthafa).
Dari hadits di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa siapa yang menghadapi cobaan dengan bersabar dan ikhlas, maka kemuliaan yang didapat.
Jama’ah shalat Jum’at yang dirahmati Allah,
Imam Al-Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumuddin membagi sabar menjadi tiga macam. Pertama, sabar dalam menjalankan kewajiban-kewajiban dari Allah Swt. Kedua, sabar dalam menghindar dari larangan Allah Swt. Ketiga, sabar ketika menghadapi musibah dari Allah Swt. Sabar yang ketiga inilah yang memiliki derajat paling luhur.
Menjalankan perintah Allah merupakan sebuah ibadah. Hanya ibadah yang dikerjakan dengan ikhlaslah yang akan diterima. Sedangkan ikhlas tidak terlepas dari sabar. Sabar untuk tidak riya, tidak sombong, dan sabar menjaga istiqomah.
Begitupun meninggalkan larangan Allah bukan perkara yang mudah. Apalagi kebanyakan larangan Allah adalah hal-hal yang menyenangkan. Apabila tidak dilandasi dengan kesabaran, kita akan terjerumus ke dalam tipu rayu syetan yang mengintip dari dalam setiap larangan Allah.
Terberat adalah bersabar ketika kita menghadapi cobaan dan musibah. Cobaan tidak hanya hal-hal yang menyusahkan saja. Bahkan yang menyenangkan pun cobaan. Senang dan susah, kaya dan miskin, sehat dan sakit semua adalah cobaan. Saat kita diberikan harta yang berlimpah, saat itulah Allah menguji kita seberapa sabar kita menggunakan harta tersebut. Apakah digunakan sebagai sarana ibadah atau justru kita lalai sehingga berfoya-foya. Saat kita sehat, saat itulah Allah menguji kita. Apakah kita bisa menggunakan kesempatan tersebut untuk bersyukur dan beribadah atau justru untuk bermaksiat.
Jama’ah shalat Jum’at yang dirahmati Allah,
Sebenarnya, kesabaran sangat erat kaitannya dengan kesadaran. Bila benar-benar menyadari tabiat kemanusiaan kita yang tak lepas dari salah dan lupa, juga hakikat penciptaan kita yang senantiasa bersujud kepada sang Maha Pengampun lagi Penyayang, maka tiada alasan untuk tidak bersabar.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِالْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللَّهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّحِمِينَ
Sumber : LTN NU Gunung Kidul