• 081336163361
  • admin@gurupedia.my.id.
  • Lumajang Jatim
HADITS
Kebiasaan Rasulullah saw di Malam Hari

Kebiasaan Rasulullah saw di Malam Hari

Kebiasaan Rasulullah saw diceritakan oleh Abdullah bin Abbas yang ditulis dalam kitab Shahih Al-Bukhari berikut ini

عن عبد الله بن عباس رضي الله عنهما أنَّهُ باتَ عِنْدَ مَيْمُونَةَ زَوْجِ النبيِّ ﷺ – وهْيَخالَتُهُ – قالَ: فاضْطَجَعْتُ في عَرْضِ الوِسادَةِ، واضْطَجَعَ رَسولُ اللَّهِ ﷺ وأَهْلُهُ في طُولِها، فَنامَ رَسولُ اللَّهِ ﷺ حتّى إذا انْتَصَفَ اللَّيْلُ – أوْ قَبْلَهُ بقَلِيلٍ، أوْ بَعْدَهُ بقَلِيلٍ – اسْتَيْقَظَ رَسولُ اللَّهِ ﷺ فَجَلَسَ يَمْسَحُ النَّوْمَ عن وجْهِهِ بيَدِهِ ثُمَّ قَرَأَ العَشْرَ الآياتِ الخَواتِمَ مِن سُورَةِ آلِ عِمْرانَ، ثُمَّ قامَ إلى شَنٍّ مُعَلَّقَةٍ فَتَوَضَّأَ منها، فأحْسَنَ وُضُوءَهُ، ثُمَّ قامَ يُصَلِّي – قالَ ابنُ عَبّاسٍ: فَقُمْتُ فَصَنَعْتُ مِثْلَ ما صَنَعَ – ثُمَّ ذَهَبْتُ فَقُمْتُ إلى جَنْبِهِ فَوَضَعَ رَسولُ اللَّهِ ﷺ يَدَهُ اليُمْنى على رَأْسِي، وأَخَذَ بأُذُنِي اليُمْنى يَفْتِلُها، فَصَلّى رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ أوْتَرَ، ثُمَّ اضْطَجَعَ حتّى جاءَهُ المُؤَذِّنُ، فَقامَ فَصَلّى رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ، ثُمَّ خَرَجَ فَصَلّى الصُّبْحَ

Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa ia pernah bermalam di rumah Maimunah, istri Nabi ﷺ — yang juga adalah bibinya — ia berkata:
“Aku berbaring di bagian samping bantal, sedangkan Rasulullah ﷺ dan keluarganya berbaring di bagian panjangnya. Rasulullah ﷺ tidur hingga tengah malam — atau sedikit sebelum atau sesudahnya — kemudian beliau bangun. Beliau duduk dan mengusap bekas tidur dari wajahnya dengan tangannya, lalu membaca sepuluh ayat terakhir dari Surah Ali Imran. Kemudian beliau pergi ke sebuah wadah air yang tergantung dan berwudhu darinya, beliau memperbagus wudhunya, lalu berdiri untuk shalat.”

Ibnu Abbas berkata:
“Aku pun bangun dan melakukan hal yang sama seperti yang beliau lakukan. Kemudian aku pergi dan berdiri di sampingnya. Rasulullah ﷺ meletakkan tangan kanannya di atas kepalaku dan memegang telinga kananku sambil memelintirnya. Beliau shalat dua rakaat, kemudian dua rakaat lagi, kemudian dua rakaat lagi, kemudian dua rakaat lagi, kemudian dua rakaat lagi, kemudian dua rakaat lagi, lalu beliau berwitir. Setelah itu, beliau berbaring hingga muadzin datang. Kemudian beliau bangun dan shalat dua rakaat yang ringan, lalu keluar untuk shalat Subuh.” (HR. Al-Bukhari)

Hadis ini, yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, menggambarkan salah satu malam ketika ia bermalam di rumah bibinya, Maimunah binti Al-Harith radhiyallahu ‘anha, istri Nabi ﷺ. Hadis ini menjelaskan bagaimana Nabi ﷺ bangun untuk shalat malam, perhatiannya terhadap wudhu dan kesempurnaannya, serta bacaannya terhadap sepuluh ayat terakhir dari Surah Ali Imran sebelum melaksanakan shalat malamnya yang diakhiri dengan witir.

Pelajaran yang Dapat Diambil dari Hadis Ini:

  1. Keutamaan Shalat Malam – Nabi ﷺ sangat menjaga kebiasaannya dalam shalat malam, bahkan saat berada di rumah salah satu istrinya. Ini menunjukkan betapa pentingnya ibadah ini.
  2. Mengawali Bangun Tidur dengan Mengingat Allah – Nabi ﷺ membaca sepuluh ayat terakhir dari Surah Ali Imran setelah bangun tidur, yang mengajarkan kita untuk memulai hari dengan dzikir dan bacaan Al-Qur’an.
  3. Kesempurnaan dalam Berwudhu – Nabi ﷺ selalu memperhatikan kesempurnaan wudhunya sebelum shalat, yang menunjukkan pentingnya menjaga kesucian dalam ibadah.
  4. Cara Nabi ﷺ Mendidik dengan Praktik Langsung – Nabi ﷺ membimbing Abdullah bin Abbas dengan tindakan nyata, seperti meletakkan tangannya di kepala dan memegang telinga Ibnu Abbas, yang menunjukkan metode pengajaran Nabi yang penuh perhatian dan kasih sayang.
  5. Shalat Malam Dilakukan Dua Rakaat Dua Rakaat – Nabi ﷺ melakukan delapan rakaat shalat malam, kemudian ditutup dengan witir, yang menunjukkan bahwa shalat malam dilakukan secara bertahap (dua rakaat-dua rakaat).
  6. Meringankan Dua Rakaat Sebelum Subuh – Nabi ﷺ melaksanakan dua rakaat ringan sebelum keluar untuk shalat Subuh di masjid, yang menegaskan keutamaan shalat sunnah Fajar.

——-

Hadis ini penuh dengan pelajaran dan petunjuk Nabi ﷺ yang menunjukkan ketekunannya dalam beribadah serta perhatiannya dalam membimbing para sahabat, terutama anak-anak muda seperti Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma.