• 081336163361
  • admin@gurupedia.my.id.
  • Lumajang Jatim
SASTRA
Kemana Temanku?

Kemana Temanku?

Karya: Rizqi Nisa Aulia Hasyim *)

Namaku Ersyana Keyla. Aku berusia 14 tahun dan duduk di kelas VIII. Sejak kecil, aku punya sahabat bernama Eltasya (El) Kami tumbuh bersama, satu sekolah, bahkan kini tinggal di apartemen yang sama karena ikut program asrama sekolah

Kami selalu berbagi tugas. Aku memasak, El membersihkan kamar. Kami sudah seperti saudara. Aku butuh dia, dan dia juga butuh aku. Hidup kami terasa damai, sampai hari itu tiba…

Hari Berubah

Pagi itu, seperti biasa aku bangun lebih dulu. El masih tertidur di kasurnya. Aku ke kamar mandi, lalu mulai memasak sarapan. Setelah selesai, El pun bangun dan bersiap mandi. Kami tidak banyak bicara, mungkin karena hari ini kami bersiap untuk ikut camping sekolah.

Siswa-siswa sudah berkumpul di halaman sekolah. Kami naik bus menuju lokasi perkemahan. Setibanya di sana, kami disambut kakak-kakak pembina. Setelah pengarahan, kami diberi waktu untuk mendirikan tenda.

Aku dan El satu tenda. Kami bekerja sama mendirikan tenda dan mengikuti kegiatan sore. Malamnya kami istirahat.

Tapi ketika aku bangun keesokan paginya, El tidak ada di dalam tenda.

Menghilang

Aku mengira El sudah ke dapur umum. Tapi setelah aku menyusul ke sana, dia tidak ada. Aku mulai gelisah. Kutanya beberapa teman, semua menggeleng. Tidak ada yang melihat El.

Aku mencari ke sekitar tenda. Tiba-tiba kulihat dia… berjalan sendirian, menjauh ke arah hutan kecil di tepi perkemahan.

“El! Tunggu!” teriakku.

Tapi dia tidak menoleh. Tidak menjawab. Seolah-olah aku tak ada.

Dia menghilang begitu saja.

Dengan rasa bingung, aku kembali ke kelompokku. Kegiatan tetap berjalan, tapi pikiranku kacau. Saat makan siang, aku hanya duduk diam, mataku terus mencari-cari El di kerumunan. Tapi tidak ada.

Akhirnya aku bicara pada Kakak, pembina kelompok kami.

“Maaf Kak, El nggak kelihatan dari tadi pagi. Ada yang lihat dia?”

Wajah Kakak Pembina langsung berubah tegang. “Serius? Bukannya kalian bareng terus?”

“Saya terakhir lihat dia tadi pagi… dia pergi ke arah hutan kecil, dan nggak balik-balik.”

Kakak Pembina segera lapor ke pembina utama. Dalam waktu singkat, semua siswa dikumpulkan.

“Anak-anak, ada salah satu teman kalian yang tidak bisa ditemukan. Kami akan memulai pencarian sekarang juga. Mohon kerjasama kalian.”

Kami semua dilarang meninggalkan area. Beberapa guru dan pembina pergi menyusuri hutan.

Aku ikut. Berteriak-teriak memanggil namanya.

“El! El! Kamu di mana?”

Tapi tak ada jawaban. Tak ada jejak. Tak ada suara.
El benar-benar hilang.

Hari itu, semua peserta perkemahan dipulangkan. Sekolah melapor ke polisi. Kegiatan dihentikan.

Tapi El tidak pernah ditemukan.


Beberapa Tahun Kemudian

Sekarang aku 23 tahun. Sudah punya keluarga kecil. Tapi satu hal masih tertinggal dalam hatiku: ke mana El pergi hari itu?

Sudah sembilan tahun sejak El hilang. Tak ada kabar. Tak ada tanda. Orang tuanya masih sering datang ke lokasi perkemahan, berharap El pulang. Tapi waktu terus berjalan.

Kadang aku bertanya-tanya:

Apakah El sengaja pergi?
Apakah dia tersesat?
Apakah ada yang membawanya?
Atau… apakah dia memilih menghilang?

Tak ada jawaban.

Aku masih menyimpan foto kami berdua saat masih kelas 7. Di foto itu, El tersenyum lebar. Ceria. Jujur, aku rindu dia.

Kalau saja aku bisa kembali ke hari itu…
Kalau saja aku tahu alasannya…

Kini, aku hanya bisa berharap.
Entah di mana pun dia berada, semoga El baik-baik saja.


“Ada yang pergi tanpa pamit, dan kita hanya bisa menunggu, berharap… atau merelakan.”

*) Siswi Kelas 8 MTs Darun Najah Petahunan