
Kesedihan Rama di Pondok
Karya : Ahmad Faeyza Pratama *)
Pada suatu hari, ketika Rama sedang berada di pondok, ia mendengar lantunan qira’ah maghrib yang begitu menyentuh hati, seolah-olah mengingatkannya pada rumah dan keluarganya. Suara itu membuat hati Rama terenyuh, dan ia pun meneteskan air mata karena rindu yang begitu dalam kepada orang tuanya.
Melihat Rama yang bersedih, salah satu temannya yang bernama Arip segera menghampirinya. Dengan lembut, Arip menenangkan dan menemani Rama agar ia tidak larut dalam kesedihan. Setelah salat Maghrib, Rama pun berdoa agar orang tuanya selalu diberi kesehatan, keselamatan, dan dijauhkan dari segala musibah.
Baca Juga
Malam harinya, Rama bermain bersama teman-temannya: Ilham, Arip, dan Wahyu. Kebersamaan itu sedikit mengobati rindunya.
Keesokan harinya, Ilham mengajak Rama untuk mencuci baju bersama. Saat mencuci, Rama kembali teringat orang tuanya. Tanpa terasa, air matanya menetes lagi. Ilham yang melihatnya pun merasa heran dan bertanya,
“Hey, Rama… kamu kenapa?”
Rama menjawab pelan, “Aku kangen orang tua.”
Ilham pun mencoba menghibur Rama sambil bercerita dan menasihatinya agar tetap semangat menjalani hari-hari di pondok.
Setelah selesai mencuci, mereka menjemur baju di samping kamar mandi. Saat itu, Ilham melihat Arip dan Wahyu sedang bermain kejar-kejaran dengan riang. Pemandangan itu membuat Rama tersenyum sedikit—ia sadar bahwa di pondok pun, ia punya keluarga yang selalu ada untuknya.
Setelah bermain kejar-kejaran, Rama ikut bergabung bersama Arip, Ilham, dan Wahyu. Mereka tertawa riang, berlari ke sana kemari, menikmati kebersamaan malam itu. Tanpa sadar, karena kelelahan, mereka semua tertidur di musala dalam keadaan masih berbaring.
Keesokan paginya, saat bangun tidur, Rama menyadari bahwa sandalnya hilang. Padahal ia sedang tidak punya uang untuk membeli sandal baru. Hatinya kembali sedih, dan tanpa disadari air matanya pun menetes.
Melihat Rama menangis, Wahyu bertanya,
“Rama, kamu kenapa kok nangis?”
“Sandalku hilang,” jawab Rama pelan.
Wahyu mencoba menenangkan, “Nggak usah nangis, Ram. Nanti juga sandalnya ketemu sendiri, kok.”
Saat hendak berangkat ke musala, Rama melihat sandalnya berada di dekat kelas. Ternyata, ada kakak kelas yang memakainya tanpa sengaja.
Rama pun menghampirinya dan berkata,
“Kak, ini sandal saya.”
Kakak kelas itu segera menjawab,
“Oh, iya dek. Maaf ya, kakak kira ini sandal kakak.”
“Iya, Kak. Nggak apa-apa,” balas Rama sambil tersenyum.
Sejak itu, Rama merasa bersyukur memiliki teman-teman seperti Arip, Ilham, dan Wahyu. Mereka selalu hadir untuk menghibur dan membahagiakan Rama, terutama saat ia sedang merasa sedih dan rindu rumah.
Tamat
*) Siswa Kelas 8A MTs Darun Najah Asal Randuagung