• 081336163361
  • admin@gurupedia.my.id.
  • Lumajang Jatim
FIQIH
Syarat Sah Shalat

Syarat Sah Shalat

Syarat Sah Shalat

  • Suci badan dari hadas, hadas besar dan hadas kecil. Hadas besar antara lain junub, haid, nifas yang mewajibkan mandi. Sedangkan hadas kecil antara lain buang angin, buang air besar dan kecil. Firman Allah swt:

أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah” (QS al-Maidah/5: 6)

Hadis Nabi saw.

لاَ تُقْبَلُ صَلاَةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ

Dari Abi Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak diterima salat orang yang berhadas sampai ia berwudu.” (Muttafaq ‘alaih).

  • Suci badan, pakaian dan tempat dari najis. firman Allah:

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ

Dan pakaianmu sucikanlah. (QS al-Muddatsir/74: 4).

Hadis Nabi saw.

إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَلْيَنْظُرْ فَإِنْ رَأَى فِى نَعْلَيْهِ قَذَرًا أَوْ أَذًى فَلْيَمْسَحْهُ وَلْيُصَلِّ فِيهِمَا

Dari Abi Sa’id al-Khudri bahwa Nabi saw. bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian mendatangi masjid, maka hendaklah ia membalik sandal dan melihatnya. Jika ia melihat najis, maka hendaklah ia menggosokkannya dengan tanah. Kemudian hendaklah ia salat dengannya.” (HR. Abu Dawud

  • Menutup aurat, Aurat laki-laki adalah antara pusar sampai lutut, sedangkan aurat perem-puan adala seluruh anggota badan, kecuali kedua telapak tangan dan wajah. Firman Allah swt:

يَا بَنِي آَدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid”. (QS al-A’raf/7: 31).

Yang dimaksud dengan perhiasan dalam ayat ini adalah pakaian yang menutup aurat di setiap akan salat

Hadis Nabi saw:

عَنْ عَائِشَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ « لاَ يَقْبَلُ اللَّهُ صَلاَةَ حَائِضٍ إِلاَّ بِخِمَارٍ

Dari Aisyah r.a. Rasulallah saw. bersabda, “Tidak diterima salat seorang wanita yang sudah mendapat haid (balig), kecuali dengan memakai khimar.” (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi).

Yang dimaksud dalam hadis ini adalah kewajiban menutup aurat berlaku bagi setiap wanita yang sudah balig sebagimana berlaku untuk laki-laki yang sudah baligh. Batas aurat laki laki dalam salat yaitu wilayah antara pusar dan lutut. Sedangkan batas aurat perempuan yang wajib ditutup ialah seluruh badannya, kecuali muka dan dua tangan. Batas aurat hamba sahaya (budak wanita) seperti batas aurat laki laki merdeka yaitu antara pusar dan lutut.

—————————————–

Baca Juga

—————————————–

Telah masuk waktu salat. Salat tidak wajib dilaksanakan terkecuali apabila sudah masuk waktunya, dan tidak sah hukumnya salat yang dilaksanakan sebelum masuk waktunya. Firman Allah swt:

إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

“Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orangorang yang beriman”. (QS al-Nisa’/4: 103).

  • Menghadap kiblat. Jika berada dalam masjid Haram Mekah, maka harus menghadap langsung, dan jika jauh dari Baitullah, maka cukup menghadap ke arahnya. Firman Allah swt:

وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ

“Dan dari mana saja kamu (keluar), maka palingkanlah wajahmu ke Masjidil Haram di mana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya”. (QS al-Baqarah/2: 150).

Hadits Nabi saw:

إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَأَسْبِغِ الْوُضُوءَ ، ثُمَّ اسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ

“Jika engkau hendak salat, maka berwudu’lah dengan sempurna kemudian menghadaplah ke Kiblat”. (Muttafaq ‘alaihi).

Salat boleh dilakukan dengan tidak menghadap ke kiblat ketika dalam keadaan sangat takut dan ketika salat sunat di atas kendaraan sewaktu dalam perjalanan. Firman Allah:

فَإِنْ خِفْتُمْ فَرِجَالًا أَوْ رُكْبَانًا

“Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka salatlah sambil berjalan atau berkendaraan”. (QS al-Baqarah/2: 239).

Hadits Nabi saw:

Ibnu Umar r.a. berkata tentang tafsir ayat ini, “Jika rasa takut melebihi itu, maka mereka boleh salat sambil jalan kaki atau berkendaraan dengan menghadap kiblat maupun tidak menghadap kiblat.” (HR. Bukhari).

Sedang jika dalam perjalanan (berkendaraan) boleh tidak menghadap kiblat ketika salat sunah berdasarkan sabda nabi saw:

Dari Jabir r.a. ia berkata, “Rasulullah saw salat di atas kendaraannya sesuai dengan kendaraannya mengarah. Jika ia ingin salat fardu, ia turun dari kendaraannya lalu menghadap kiblat” (HR. Bukhari).

Leave a Reply