• 081336163361
  • admin@gurupedia.my.id.
  • Lumajang Jatim
FIQIH
Rukun Shalat

Rukun Shalat

Rukun salat adalah setiap perkataan atau perbuatan yang akan mem-bentuk hakikat salat. Jika salah satu rukun ini tidak ada, maka salat pun tidak teranggap secara syar’i dan juga tidak bisa diganti dengan sujud sahwi. Meninggalkan rukun salat ada dua bentuk.


Pertama, meninggalkannya dengan sengaja maka dalam kondisi seperti ini salatnya batal dan tidak sah menurut mayoritas ulama. Kedua, meninggalkannya karena lupa atau tidak tahu maka dalam hal ini ada beberapa ketentuan. Jika mampu untuk mendapati rukun tersebut lagi, maka menurut jumhur fukaha wajib untuk melakukannya kembali.


Jika tidak mampu mendapatinya lagi, maka salatnya batal menurut ulama Hanafiyah, sedangkan jumhur ulama (mayoritas ulama) berpendapat bahwa raka’at yang ketinggalan rukun tadi menjadi hilang. Jika yang ditinggalkan adalah takbiratul ihram, maka salatnya harus diulangi dari awal lagi karena ia tidak memasuki salat dengan benar.

________________________

Baca Juga

________________________


Rukun salat ini ada 13 perkara, Sebagian ulama mengatakan ada 17 rukun, Ulama yang mengatakan bahwa rukun shalat ada 17, karena thuma’ninah – yang jumlahnya 4 kali, yaitu ketika ruku’, i’tidal, sujud dan duduk antara dua sujud dianggap sebagai rukun tersendiri.

1. Niat yaitu menyengaja di dalam hati untuk melakukan salat. Niat shalat harus dilakukan bersamaan dengan takbiratul ihram. Firman Allah swt:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (QS al-Bayyinah/98: 5).

  Hadits Nabi saw:

عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول: إنما الأعمال بِالنيات

Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya”. (HR. Bukhari dan Muslim dari Umar bin Al-Khattab).

2. Berdiri bagi yang mampu. Bila tidak dapat berdiri boleh dengan duduk, tidak dapat duduk boleh dengan berbaring. Adapun berdiri di dalam shalat sunat hukumnya sunat. Nabi saw. bersabda:

صل قائما فإن لم تستطع فقاعدا فإن لم تستطع فعلى جنب

Salatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak mampu, kerjakanlah dalam keadaan duduk. Jika tidak mampu lagi, maka kerjakanlah dengan tidur menyamping. (HR. Bukhari).

3. Takbiratul ihram. Yakni membaca “Allahu Akbar”. Hadits Nabi saw:

عَنْ عَلِى رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّه صلى الله عليه وسلم: مِفْتَاحُ الصَّلاَةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمهَا التَّكْبِيْرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ

Dari Ali r.a. berkata baha Nabi saw. bersabda, “Kunci salat ialah bersuci, pembukaannya membaca takbir, dan penutupnya ialah memberi salam.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan Turmuzi).

Yang dimaksud dengan rukun salat adalah ucapan takbir “Allahu Akbar”.

4. Membaca Surat al-Fatihah. Membaca surat Al-Fatihah wajib dilakukan pada tiap-tiap rakaat. Hadits Nabi saw:

عن عبادة بن الصامت أن الرسول الله صلى الله عليه و سلم قال: لا صلاة لمن لم يقرأ بفاتَحةالكتاب

Dari Ubadah bin Samit bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda: Tidak ada salat seseorang yang tidak membaca Surah Al-Fatihah. (HR. Bukhari).

Apabila tidak mampu membaca surat Al-Fatihah, maka wajib membaca tujuh ayat, dzikir atau do’a yang jumlah hurufnya sama dengan jumlah huruf suart Al-Fatihah (156 huruf). Dzikir yang bisa dan cukup dijadikan sebagai pengganti surat Al-Fatihah adalah dzikir ‘al-baqiyat as-shalihat’, yaitu سُبْحَانَ اللَّه وَالْحَمْدُ للَّه الخ Sebagaimana hadits riwayat Ad-Daruqutni berikut:

عَنْ عَبْد اللَّه بْن أَبى أَوْفَى أَنَّ رَجُلاً جَاءَ إلَى النَّبىّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّه إنّى لاَ أَسْتَطيعُ أَنْ أَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ فَمَا يُجْزينى فى صَلاَتى قَالَ : تَقُولُ سُبْحَانَ اللَّه وَالْحَمْدُ للَّه وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إلاَّ باللَّه وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَلاَ إلَهَ إلاَّ اللَّهُ. قَالَ هَذَا للَّه فَمَا لى قَالَ : تَقُولُ اللَّهُمَّ اغْفرْ لى وَارْحَمْنى وَارْزُقْنى وَاهْدنى وَعَافنى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّه صلى الله عليه وسلم : أَمَّا هَذَا فَقَدْ مَلأَ يَدَيْه منَ الْخَيْر.(رواه الدارقطنى)

5. Ruku dan thuma’ninah. Artinya membungkuk sehingga punggung menjadi sama datar dengan leher dan kedua belah tangannya memegang lutut. Hadits Nabi saw:

إذا قمت إلى الصلاة . . . ثم اركع حتّيَ تطمئن راكعا

Jika kamu melaksanakan salat . . . kemudian ruku’lah hingga tuma’ninah ketika ruku’ itu. (HR. Bukhari).

Ruku’ bagi orang yang shalat berdiri sekurang-kurangnya adalah dengan membungkukkan badan dan menundukkan kepala kira-kira kedua tangannya bisa sampai ke lutut. Sedangkan ruku’ yang sempurna ialah menunduk sampai tulang punggung lurus (datar) dengan lehernya (90 derajat).

Thuma’ninah menurut bahasa adalah tenang dan damai. Menurut syara’ thuma’ninah adalah diam sebentar sebagai pemisah antara satu rukun dengan rukun berikutnya

6. I’tidal dengan thuma’ninah. Artinya bangkit dari ruku dan kembali tegak lurus, thuma’ninah.

. . . ثم ارفع حتَّي تعتدل قائما . . .

Kemudian tegakkanlah badan (i’tidal) dan thuma’ninalah. (HR. al-Bukhari)

7. Sujud dua kali dengan thuma’ninah. Yaitu meletakkan kedua lutut, kedua tangan, kening, dan hidung ke atas lantai. Anggota sujud ialah muka, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua telapak kaki. Hadits Nabi saw:

عن ابن عباس رضي الله عنهما قال قال النبي صلى الله عليه و سلم: أمرت أن أسجد على سبعة أعظم على الجبهة وأشار بيده على أنفه واليدين والركبتين وأطراف القدمين

      Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, Nabi saw. bersabda, “Aku diperintahkan bersujud dengan tujuh bagian anggota badan: Dahi (termasuk juga hidung, beliau mengisyaratkan dengan tangannya), telapak tangan kanan dan kiri, lutut kanan dan kiri, dan ujung kaki kanan dan kiri.” (HR. al-Bukhari)

8. Duduk antara dua sujud dengan thuma’ninah. Artinya bangun kembali setelah sujud yang pertama untuk duduk sebentar, sementara menanti sujud yang kedua.

ثم اسجد حتَّي تطمئن ساجدا ثم ارفع حتَّي تطمئن جالسا ثم اسجد حتّيَ تطمئن ساجدا

 Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika sujud. Lalu bangkitlah dari sujud dan thuma’ninalah ketika duduk. Kemudian sujudlah kembali dan thuma’nina-lah ketika sujud. (HR. Bukhari dan Muslim)

9. Duduk untuk tasyahud akhir

10 Membaca tasyahud akhir di waktu duduk di rakaat yang terakhir

عن ابن عباس أنه قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعلمنا التشهد كما يعلمنا السورة من القرآن فكان يقول التحيات المباركات الصلوات الطيبات لله السلام عليك أيها النبي ورحمة الله وبركاته السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا رسول الله

Dari Ibnu Abbas ra. berkata: Rasulullah saw. mengajarkan tasyahud kepada kami sebagaimana ia mengajarkan surah, lalu ia berkata: Katakanlah olehnya: “segala kehormatan, keberkatan, segala salat segala yang baik-baik itu bagi Allah. Selamat atas engkau hai Nabi, dan rahmat Allah serta berkah-Nya. Selamatlah atas kamu hamba Allah yang shaleh-shaleh. Aku mengaku, bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Aku mengaku bahwa Muhammad itu utusan Allah. (HR. Muslim).

——————-

Baca Juga

——————-

11. Membaca salawat atas Nabi, artinya setelah selesai tasyahud akhir, maka dilanjut-kan membaca pula salawat atas Nabi dan keluarganya.

اللَّهُمَّ صَلّ عَلَى سَيّدنَا مُحَمَّدٍ

Bacaan shalawat yang paling sempurna

اللَّهُمَّ صَلّ عَلَى سَيّدنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آل سَيّدنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيّدنَا إبْرَاهيمَ وَعَلَى آل سَيّدنَا إبْرَاهيمَ وَبَاركْ عَلَى سَيّدنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آل سَيّدنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيّدنَا إبْرَاهيمَ وَعَلَى آل سَيّدنَا إبْرَاهيمَ فى الْعَالَمينَ إنَّكَ حَميدٌ مَجيدٌ اللَّهُمَّ اغْفرْ لى مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَسْرَفْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ به منّى أَنْتَ الْمُقَدّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخّرُ لاَ إلَهَ إلاَّ أَنْتَ (رواه مسلم)

12. Mengucapkan salam yang pertama. Yang wajib hanya salam pertama. Dalilnya hadis yang telah disebutkan di awal. Bacaan salam menurut hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Jabir bin Samurah:

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّه

13 Tertib. Artinya berturut-turut menurut peraturan yang telah ditentukan

Kewajiban tertib ini berlandaskan hadits riwayat Imam Bukhari dari sahabat Malik bin Anas. Rasulullah saw bersabda:

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا إسْمَاعيلُ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبى قلاَبَةَ عَنْ أَبى سُلَيْمَانَ مَالك بْن الْحُوَيْرث قَالَ قَالَ رَسُول اللَّه صلى الله عليه وسلم :صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونى أُصَلّى (رواه البخارى)

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Bukhari).

Leave a Reply